Sajadah Panjang-2

Apa hubungannya Sholat yang merupakan kewajiban seumur hidup dengan “Sajadah Panjang”? Anggap saja benar bahwa Sholat itu merupakan kewajiban seorang muslim seumur hidupnya. Namun, bukankah panjang sajadah yang dipakai untuk Sholat itu tetap saja hanya seukuran tubuh?

Begini. Jika diambil pengertian secara harfiah, memang begitu. Namun, baiklah kalau memang mau menggunakan makna harfiah. Mari berhitung secara harfiah!

Mulailah dengan menjumlahkan panjangnya sajadah yang dipakai tiap kali melakukan ibadah Sholat. Sholat wajib yang 5 kali sehari ditambah Sholat-sholat sunnah, sepanjang umur.

Kemudian, bariskanlah sajadah-sajadah tersebut sambung-menyambung satu sama lain. Bukankah panjangnya akan sampai ke kuburan seseorang ketika ia telah meninggal dunia?

Namun, begitulah bahasa seorang sastrawan. Pilihan katanya dibuat untuk menekankan betapa pentingnya kewajiban Sholat bagi seorang muslim.

Dan, itu juga harus dilakukan secara terus-menerus hingga tiba waktunya seseorang berpindah ke alam kubur alias meninggal dunia. Maka, diilustrasikanlah dengan menunjukkan betapa panjang sebenarnya sajadah yang dipakai dari penjumlahan tiap kali melakukan ibadah Sholat.

Namun, benarkah jika dikatakan bahwa “mencari rezeki, mencari ilmu, mengukur jalanan seharian (melakukan pekerjaan)” itu “hanya” sekedar selingan? “Hanya” sekedar interupsi?

Bukankah dunia adalah segalanya? Bukankah harta adalah segalanya? Bukankah rumah adalah segalanya? Bukankah kendaraan adalah segalanya?

Demikian pula, bukankah pekerjaan adalah segalanya? Bukankah Istri atau suami adalah segalanya? Dan, bukankah anak-anak juga segalanya?

Tidak. Bukan.

Mungkin iya, jika Anda mengira bahwa hidup hanya di dunia ini. Tetapi, tidak dan bukan bila hidup Anda di dunia ini tiada lain selain untuk mengantarkan hidup Anda yang sesungguhnya kelak di akhirat.

Anda mungkin termasuk yang mengira bahwa dunia Anda yakni, harta, rumah, kendaraan, pekerjaan, istri atau suami dan anak-anak adalah segalanya bagi Anda. Jika benar demikian, silahkan untuk menyimak hadis berikut.

Dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

Didatangkan penduduk neraka yang paling banyak nikmatnya di dunia pada hari kiamat. Lalu ia dicelupkan ke neraka dengan sekali celupan. Kemudian dikatakan kepadanya, ‘Wahai anak Adam, apakah engkau pernah merasakan kebaikan sedikit saja? Apakah engkau pernah merasakan kenikmatan sedikit saja?’ Ia mengatakan, ‘Tidak, demi Allah, wahai Rabb-ku.” Didatangkan pula penduduk surga yang paling sengsara di dunia. Kemudian ia dicelupkan ke dalam surga dengan sekali celupan. Kemudian dikatakan kepadanya, ‘Wahai anak Adam, apakah engkau pernah merasakan keburukan sekali saja? Apakah engkau pernah merasakan kesulitan sekali saja?’ Ia menjawab, ‘Tidak, demi Allah, wahai Rabb-ku! Aku tidak pernah merasakan keburukan sama sekali dan aku tidak pernah melihatnya tidak pula mengalamminya” (HR. Muslim no. 2807).

Kalau kita perhatikan hadis di atas, maka tidak ada itu dunia adalah segalanya. Kebaikan, kenikmatan ataupun kesenangan kalaupun sempat dinikmati selama hidup di dunia, akan hilang begitu saja hanya dengan satu celupan ke dalam neraka.

Apa yang dikatakan sebagai kebaikan, kenikmatan ataupun kesenangan tidak akan lagi dirasakan meskipun hanya sedikit. Semua akan terhapus hanya dengan satu celupan di dalam neraka.

Kalau begitu, bagaimana ceritanya harta, rumah, kendaraan, pekerjaan, istri atau suami dan anak-anak sampai bisa mengganggu Sholat? Mengganggu mengaji? Mengganggu sedekah? Atau, mengganggu ibadah lainnya?

Padahal, keberadaan kita di dunia tiada lain selain untuk beribadah kepadaNya. Dengan demikian, keberadaan dunia yang kita miliki juga sudah seharusnya kalau hanya dalam rangka beribadah kepadaNya tadi itu.

Ungkapan senada pernah diutarakan oleh Ketua Mualaf Center Indonesia, Koh Steven Allahuyarham:

Hidup nungguin mati, kerja nungguin waktu sholat,…..”

….. Mencari rezeki mencari ilmu
Mengukur jalanan seharian
Begitu terdengar suara azan
Kembali bersimpuh hamba

Suara Bimbo masih terdengar mengalun ……

_______

Sajadah2:

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.