Keliling Dunia 46: Candran, Kebon Agung, Imogiri, Bantul, Yogyakarta

Selesai sudah semua tahapan pelatihan sustainable development. Namun, saya masih memikirkan tentang kegiatan yang bisa “dimasuki” oleh gagasan tentang sustainable development itu. Di bulan-bulan tengah memikirkan hal tersebut, saya kedatangan tamu dari dusun Candran, desa Kebon Agung, Imogiri, Bantul, Yogyakarta, yang salah satunya bercerita tentang apa yang mereka lakukan bersama kelompoknya di dusun (bagian dari desa) mereka. Selang beberapa hari, saya dipamiti oleh beberapa mahasiswa senior yang akan mengajak adik-adik angkatannya, para mahasiswa baru, untuk pergi ke sebuah tempat di luar kota dalam rangka mengadakan kemah kepemimpinan (leadership camp). Saya memperoleh ide. Saya sampaikan kepada mahasiswa senior itu agar sepulangnya dari acara camping, para mahasiswa baru itu diajak melakukan kunjungan ke Desa Wisata Tani di Dusun Candran, Kebon Agung, Imogiri, Bantul, Yogyakarta yang lokasinya tidak jauh dari kampus. Saya menjelaskan bahwa kegiatannya merupakan upaya dari Program untuk mengenalkan penerapan gagasan tentang sustainable development kepada mahasiswa baru MMUGM. Di desa itu, para mahasiswa bisa melihat dan belajar tentang praktik sustainable developmentdari kehidupan sehari-hari masyarakat desa yang sederhana supaya para mahasiswa baru itu nantinya bisa melihat dan setelah itu, diharapkan bisa terinspirasi serta tidak hanya mendengar “dongeng” saja.

Kebetulan saya kedatangan tamu dari Thailand. Ia adalah Prof. Gopal Thapa dari Asian Institute of Technology, Bangkok, Thailand, seorang Regional Coordinator untuk Asia dalam International Training Programme in Education for Sustainable Development in Higher Education. Bersama teman mantan peserta pelatihan saya, Eko Agus Suyono, M App.Sc. (Manajer KKN UGM), saya ajak tamu saya bersama-sama mahasiswa baru progam MMUGM untuk pergi ke dusun Candran. Di dusun itu rombongan melihat secara langsung peternakan dan praktik pembuatan pupuk kompos. Mahasiswa juga secara langsung melakukan berbagai kegiatan pertanian tradisional, seperti menanam padi organik, membajak sawah, dan meninjau peternakan. 

Pada waktunya makan siang, kami disuguhi nasi pecel. Saya menikmati makan nasi pecel itu. Justru karena sangat menikmati, saya menjadi keheranan di dalam hati. Saya cukup sering makan pecel. Tentu saja pecel ala Yogyakarta. Yang saya ketahui dan setiap kali merasakannya adalah bahwa pecel jogja itu rasanya manis. Akan tetapi, tidak demikian dengan pecel yang saya makan di dusun Candran, rasanya relatif lebih pedas. Itu “aneh”. Karena penasaran dan kebetulan penggemar sejarah, saya jadi ingin tahu “sejarah” nasi pecel itu. Ketika rasa penasaran itu saya tanyakan, saya pun memperoleh jawabannya. 

Kecamatan Imogiri adalah sebuah wilayah di Yogyakarta yang terdapat tempat pemakaman raja-raja dari dinasti kerajaan Mataram. Pada waktu kerajaan Mataram dibagi menjadi dua: Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta itu, ada wilayah di Imogiri yang dari sisi kultur “masuk menjadi bagian” dari Kasunanan Surakarta. Dengan demikian, segala produk budayanya, termasuk kulinernya menjadi “bagian” dari Surakarta. Nah, dusun Candran itu termasuk yang bagian dari “wilayah” Kasunanan Surakarta itu. Secara geografis, ia masuk kedalam propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, tetapi secara budaya ia masuk kedalam “kekuasaan” Kasunanan Surakarta. Unik bukan?

Sebagai wakil direktur bidang akademik, saya bertanggung jawab terhadap penerimaan calon mahasiswa yang akan menerima beasiswa dari program. Program studi MMUGM sudah lama mempunyai kebijakan untuk memberikan beasiswa kepada lulusan S1 jurusan apa saja dan dari universitas mana saja yang lolos seleksi untuk melanjutkan studinya di program MMUGM atas biaya dari program. Dari pelbagai “persyaratan standar” yang ada, saya menambahkan satu syarat lagi yaitu, kewajiban menulis yang berisi cerita tentang praktik sustainable development yang ada di sekitar mereka. Tulisan mereka itu menjadi salah satu bahan bagi saya untuk menseleksi para calon baik secara administratif maupun sebagai materi wawancara bagi calon yang dinominasikan. 

Saya pikir, dengan menulis tentang praktik sustainable development yang ada di sekitar mereka, diantara mereka yang akan terpilih untuk menerima beasiswa akan mampu memenuhi harapan saya akan beberapa hal terkait ide tentang sustainable development tersebut. Harapan itu antara lain: (1) Mereka mengenal tentang ide sustainable development, (2) Mereka jadi paham dan mengerti apa itu sustainable development (3) Mereka mengenal praktik dari sustainable development di sekitar mereka; (4) Mereka bisa menjadi agen pengembangan ide sustainable developmentbaik bagi sesama mahasiswa maupun masyarakat sekitar mereka tinggal; dan (5) Mereka bisa terinspirasi untuk menerapkan ide tentang sustainable developmentdalam kehidupan sehari-hari mereka. 

4 comments

  1. […] Bertahun-tahun, saya diselimuti oleh kegelapan. Saya tidak habis pikir bagaimana namanya sama-sama pecel, namun rasanya kok beda. Dalam kondisi tidak memperoleh jawaban itu, lama-kelamaan lidah saya yang menyesuaikan. Barangkali karena tidak mempunyai pilihan padahal saya penggemar pecel, akhimya saya bisa menikmati SGPC. Sampai, suatu hari di Jogja hadir restoran Pecel Solo. Dan, saya benar. Rasanya memang beda. Lebih tepatnya, tingkat pedasnya beda. Kehadiran restoran Pecel Solo ibarat menguak luka lama yang memang belum sembuh. Saya memperoleh jawaban ketika suatu hari saya memimpin rombongan mahasiswa baru MMUGM ke dusun Candran, Desa Kebon Agung, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta (https://johnsetblog.wordpress.com/2021/03/26/keliling-dunia-46-candran-kebon-agung-imogiri-bantul-yo…). […]

    Suka

  2. […] Bertahun-tahun, saya diselimuti oleh kegelapan. Saya tidak habis pikir bagaimana namanya sama-sama pecel, namun rasanya kok beda. Dalam kondisi tidak memperoleh jawaban itu, lama-kelamaan lidah saya yang menyesuaikan. Barangkali karena tidak mempunyai pilihan padahal saya penggemar pecel, akhimya saya bisa menikmati SGPC. Sampai, suatu hari di Jogja hadir restoran Pecel Solo. Dan, saya benar. Rasanya memang beda. Lebih tepatnya, tingkat pedasnya beda. Kehadiran restoran Pecel Solo ibarat menguak luka lama yang memang belum sembuh. Saya memperoleh jawaban ketika suatu hari saya memimpin rombongan mahasiswa baru MMUGM ke dusun Candran, Desa Kebon Agung, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta (https://johnsetblog.wordpress.com/2021/03/26/keliling-dunia-46-candran-kebon-agung-imogiri-bantul-yo…).  […]

    Suka

  3. […] Kehadiran restoran Pecel Solo ibarat menguak “luka lama saya yang memang belum sembuh”. Saya baru memperoleh jawaban atas teka-teki saya tersebut ketika suatu hari saya memimpin rombongan mahasiswa baru MMUGM ke dusun Candran, Desa Kebon Agung, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY; https://johnsetblog.wordpress.com/2021/03/26/keliling-dunia-46-candran-kebon-agung-imogiri-bantul-yo…).  […]

    Suka

  4. […] Kehadiran restoran Pecel Solo ibarat menguak “luka lama saya yang memang belum sembuh”. Saya baru memperoleh jawaban atas teka-teki saya tersebut ketika suatu hari saya memimpin rombongan mahasiswa baru MMUGM ke dusun Candran, Desa Kebon Agung, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY; https://johnsetblog.wordpress.com/2021/03/26/keliling-dunia-46-candran-kebon-agung-imogiri-bantul-yo…).  […]

    Suka

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.