Jurnal 5: Kriteria Ide

Kriteria sebuah artikel layak masuk ke jurnal tier 1 itu ada dua: (1) apakah idenya itu menarik (is it interesting?); (2) Jika menarik, terus, kenapa? (So, what?).

Pertanyaan kedua adalah pertanyaan tentang kontribusinya. Ada dua macam kontribusi suatu manuscript itu: (1) ke teori; dan atau (2) ke praktik.

Editor mencari artikel yang menarik. Ia menyadari bahwa para pembacanya itu orang-orang yang sangat sibuk. Kalau suatu artikel itu tidak menarik, artikel itu tidak akan mampu membuat calon pembacanya untuk memalingkan kepala ke arah bacaannya di tengah kesibukan mereka yang begitu tinggi.

Padahal banyaknya jumlah pembaca akan menentukan reputasi dan tingkat kepopuleran dari suatu jurnal. Jurnal yang mempunyai reputasi tinggi akan mampu menarik banyak pembaca yang pada gilirannya juga akan menarik para penulis untuk mengirimkan manuscript-nya. Siapa pembacanya?

Meskipun mereka bisa saja merupakan penggemar cerita komik, namun untuk jurnal akademik di area akuntansi, pembacanya itu adalah dosen dan mahasiswa program doktoral. Dosen dan mahasiswa program doktoral ini, bisa jadi pada saat yang sama, merupakan penulis atau calon penulis artikel berikutnya.

Setelah mendapati judul atau topik yang menarik dari membaca judul dan abstrak suatu artikel, para pembaca tadi akan meneruskan membaca kalau syarat kedua terpenuhi. Mereka bahkan akan menikmati isi artikel dengan judul dan topik yang menarik tadi bila memiliki kontribusi signifikan kepada teori dan atau praktik pada bidangnya.

Bila tidak, maka mereka tidak akan meneruskan untuk membacanya. Mereka memiliki begitu banyak persoalan yang harus diselesaikan. Membaca sesuatu yang tidak ada kontribusinya hanya akan membuang-buang waktu mereka yang sangat berharga.

Editor tidak mau itu. Ia akan menyingkirkan begitu saja manuscript yang tidak menarik dan tidak memberikan kontribusi. Tidak perlu repot-repot mengirimkannya ke reviewer. Sebagai editor, ia memiliki wewenang untuk segera memutuskan ditolak. Selesai.

Artikel yang memberikan kontribusi yang signifikan entah ke pengembangan teori atau ke pengembangan praktik, akan menarik minat dari banyak pembaca. Ia akan banyak dikutip pada paper-paper yang lain berikutnya.

Bahkan, akhirnya akan dikutip di buku. Kalau sudah sampai dikutip di buku text, biasanya kemudian dibahas di ruang-ruang kelas untuk dipelajari oleh banyak mahasiswa. Dengan cara itu, maka proses pengembangan ilmu pun berlangsung dan diharapkan akan terus berkembang.

Nah, manuscripts yang dikirim ke jurnal tier 1 diharapkan akan seperti itu. Kontribusinya diharapkan akan merupakan suatu terobosan baru, gagasan baru, atau wawasan baru yang mengubah pemahaman kita atas suatu topik.

Alternatifnya, ia menggambarkan suatu cara baru di bidang metodologinya. Paper seperti itulah yang disebut dengan seminal paper.

Dengan proses seperti itu, sekolah-sekolah bisnis yang sudah menjadi “langganan” published di jurnal tier 1, di pernyataan misinya berani menyatakan bahwa kontribusi mereka adalah dalam rangka to create knowledge. Masih ingat misinya Dartmouth College?

Our Mission: Dartmouth College is to educates the most promising students and prepares them for a lifetime of learning and of responsible leadership, through a faculty dedicated to teaching and the creation of knowledge.

Lihat di frasa terakhir, “… and the creation of knowledge.” Anda tentu bisa melihat bahwa dengan published di jurnal tier 1 itu, mereka memang ikut serta di dalam proses penciptaan ilmu bukan?

Jadi, tolong jangan salah mengira kalau manuscript yang tidak lolos di tier 1 itu hanya dikarenakan oleh Bahasa Inggris atau metodologi yang kurang tepat. Bukan. Kedua faktor itu, tentu berpengaruh.

Akan tetapi, faktor apakah menarik dan berkontribusi di atas lah yang paling utama. Dengan kata lain, jangan bermimpi untuk bisa published di tier 1 bila tidak mampu menjawab dua pertanyaan utama di atas.

Jangan pula menganggap bahwa yang diperlukan hanya Bahasa Inggris dan atau metodologi yang benar. Ceritanya akan berbeda lagi di dalam lingkungan yang masih beranggapan bahwa penciptaan ilmu itu dilakukan melalui ritual kungkum, bertapa, atau ngelmu yang lainnya.

3 comments

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.